Rabu, 20 Januari 2010

Kontroversi Seputar MUSIK

Seiring perkembangan zaman, musik seperti telah menjadi hal yg tidak bisa dihindari lagi. Bahkan saya sendiri adalah pecinta musik sejati .. hhehe ..

Taapiii sobat" sekalian ..
ternyata musik menjadi sebuah kontroversi di dalam ajaran agama . Salah satunya adalah hadist Bukhari menyatakan bahwa alat-alat musik adalah HARAM hukumnya ! !
jika di indonesiakan hadist tersebut berbunyi : "sungguh akan ada hari bagi kalangan umat kaum yang menghalal kan perzinaan, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik. dan sungguh akan ada kaum yang pergi ke tepi bukit yang tinggi, lalu para pengembala dengan kambingnya menggunjingi mereka, lantas mereka di datangi oleh seorang fakir untuk meminta sesuatu. mereka berkata, ‘kembalilah kepada kami esok hari’. kemudian pada malam harinya allah membinasakan mereka dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka, sedang yang lain (yang tidak binasa) diubah wajahnya menjadi monyet dan babi sampai hari kiamat"[shahih bukhari, kitab al-asyrabah, bab maa jaa-a fi man yastahillu al-khamra wa yusammihi bi ghairi ismihi 10:51].


tapi ada yang mengatakan hadistnya itu berbunyi :"Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat-alat yang melalaikan"
 
 Para ulama membicarakan dan memperselisihkan hadits-hadits tentang haramnya nyanyian dan musik.
Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, dari Abi Malik Al Asy'ari ra.
Hadits ini walaupun terdapat dalam hadits shahih Bukhori, tetapi para ulama memperselisihkannya.
Banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa hadits ini adalah mualaq (sanadnya terputus),
diantaranya dikatakan oleh Ibnu Hazm.
Disamping itu diantara para ulama menyatakan bahwa matan dan sanad hadits ini tidak selamat dari kegoncangan (idtirab).
Katakanlah, bahwa hadits ini shohih, karena terdapat dalam hadits shohih Bukhori,
tetapi nash dalam hadits ini masih bersifat umum, tidak menunjuk alat-alat tertentu dengan namanya.
Batasan yang ada adalah bila ia melalaikan.

Hadits kedua dikatakan oleh Abu Dawud sebagai hadits mungkar.
Kalaupun hadits ini shohih, maka Rasulullah saw,tidak jelas mengharamkannya.
Bahkan Rasulullah saw mendengarkannya sebagaimana juga yang dilakukan oleh Ibnu Umar.

Sedangkan hadits ketiga adalah hadits ghorib.
Dan hadits-hadits lain yang terkait dengan hukum musik, jika diteliti ternyata tidak ada yang shohih.

Tapi sekali lagi sobat, bila kita luaskan kajian kita dan menelaah pendapat fiqih,
maka kita pasti akan mendapatkan bahwa keharaman musik bukanlah sesuatu yang disepakati oleh semua ulama.

Bagaimana Islam berbicara tentang nyanyian dan musik?
Istilah yang biasa dipakai dalam madzhab Hanafi pada masalah nyanyian dan musik
sudah masuk dalam ruang lingkup maa ta’ummu bihi balwa (sesuatu yang menimpa orang banyak).
Sehingga pembahasan tentang dua masalah ini harus tuntas.
Dan dalam memutuskan hukum pada dua masalah tersebut, apakah halal atau haram,
harus benar-benar berlandaskan dalil yang shahih (benar) dan sharih (jelas).
Dan harus tajarud, yakni hanya tunduk dan mengikuti sumber landasan Islam saja yaitu Al- Qur’an, Sunnah yang shahih dan Ijma.
Tidak terpengaruh oleh watak atau kecenderungan perorangan dan adat-istiadat atau budaya suatu masyarakat.

Sebelum membahas pendapat para ulama tentang dua masalah tersebut dan pembahasan dalilnya.
Kita perlu mendudukkan dua masalah tersebut.
Nyanyian dan musik dalam Fiqh Islam termasuk pada kategori muamalah atau urusan dunia dan bukan ibadah.
Sehingga terikat dengan kaidah:Hukum dasar pada sesuatu (muamalah) adalah halal (mubah)..

Hal ini sesuai firman Allah SWT. :
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu? (QS Al-Baqarah 29).

Sehingga untuk memutuskan hukum haram pada masalah muamalah termasuk nyanyian dan musik
harus didukung oleh landasan dalil yang shahih dan sharih.

Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kewajiban, janganlah engkau lalaikan,
menetapkan hudud, jangan engkau langgar, mengharamkan sesuatu jangan engkau lakukan.
Dan diam atas sesuatu, sebagai rahmat untukmu dan tidak karena lupa, maka jangan engkau cari-cari (hukumnya) ? (HR Ad-Daruqutni).

Halal adalah sesuatu yang Allah halalkan dalam kitab-Nya.
Dan haram adalah sesuatu yang Allah haramkan dalam kitab-Nya.
Sedangkan yang Allah diamkan maka itu adalah sesuatu yang dima’afkan? (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim )

Pada hukum nyanyian dan musik ada yang disepakati dan ada yang diperselisihkan.

Ulama sepakat mengharamkan nyanyian yang berisi syair-syair kotor, jorok dan cabul.
Sebagaimana perkataan lain, secara umum yang kotor dan jorok diharamkan dalam Islam.
Ulama juga sepakat membolehkan nyanyian yang baik, menggugah semangat kerja dan tidak kotor,
jorok dan mengundang syahwat, tidak dinyanyikan oleh wanita asing dan tanpa alat musik.
Adapun selain itu para ulama berbeda pendapat, sbb:

Jumhur ulama menghalalkan mendengar nyanyian, tetapi berubah menjadi haram dalam kondisi berikut:
1. Jika disertai kemungkaran, seperti sambil minum khomr, berjudi dll.
2. Jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah seperti menyebabkan timbul cinta birahi pada wanita atau sebaliknya.
3. Jika menyebabkan lalai dan meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan shalat atau menunda-nundanya dll.

Madzhab Maliki, asy-Syafi’i dan sebagian Hambali berpendapat bahwa mendengar nyanyian adalah makruh.
Jika mendengarnya dari wanita asing maka semakin makruh. Menurut Maliki bahwa mendengar nyanyian merusak muru’ah.


Adapun ulama yang menghalalkan nyanyian, diantaranya:
Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Zubair, Al-Mughirah bin Syu’bah, Usamah bin Zaid,
Umran bin Hushain, Muawiyah bin Abi Sufyan, Atha bin Abi Ribah, Abu Bakar Al-Khallal,
Abu Bakar Abdul Aziz, Al-Gazali dll.
ulama yang menghalalkan musik sebagaimana diantaranya diungkapkan oleh Imam Asy-Syaukani dalam kitabnya,
Nailul Authar adalah sbb:
Ulama Madinah dan lainnya, seperti ulama Dzahiri dan jamaah ahlu Sufi memberikan kemudahan pada nyanyian walaupun dengan gitar dan biola.

Juga diriwayatkan oleh Abu Manshur Al-Bagdadi As-Syafi’i dalam kitabnya
bahwa Abdullah bin Ja’far menganggap bahwa nyanyi tidak apa-apa,
bahkan membolehkan budak-budak wanita untuk menyanyi dan beliau sendiri mendengarkan alunan suaranya.
Dan hal itu terjadi di masa khilafah Amirul Mukminin Ali ra.
Begitu juga Abu Manshur meriwayatkan hal serupa pada Qodhi Syuraikh,
Said bin Al Musayyib, Atho bin abi Ribah, Az-Zuhri dan Asy-Sya’bi.

Imam Al-Haramain dalam kitabnya, An-Nihayah dan Ibnu Abi Ad-Dunya yang menukil dari Al-Itsbaat Al-Muarikhiin;

bahwa Abdullah bin Zubair memiliki budak-budak wanita dan gitar.
Dan Ibnu Umar pernah kerumahnya ternyata disampingnya ada gitar ,
Ibnu Umar berkata: "Apa ini wahai sahabat Rasulullah saw?". kemudian Ibnu Zubair mengambilkan untuknya,

Ibnu Umar merenungi kemudian berkata: "Ini mizan Syami( alat musik) dari Syam??."

Berkata Ibnu Zubair: "Dengan ini akal seseorang bisa seimbang."

Dan diriwayatkan dari Ar-Rowayani dari Al-Qofaal bahwa madzhab Malik bin Anas membolehkan nyanyian dengan alat musik.


Oleh karena itu bagi umat Islam yang mendengarkan nyanyian dan musik harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

Pertama: Lirik Lagu yang Dilantunkan.

Hukum yang berkaitan dengan lirik ini adalah seperti hukum yang diberikan pada setiap ucapan dan ungkapan lainnya.
Artinya, bila muatannya baik menurut syara', maka hukumnya dibolehkan.
Dan bila muatanya buruk menurut syara', maka dilarang.

Kedua: Alat Musik yang Digunakan.

Sebagaimana telah diungkapkan di muka bahwa,
hukum dasar yang berlaku dalam Islam adalah bahwa segala sesuatu pada dasarnya dibolehkan
kecuali ada larangan yang jelas.
Dengan ketentuan ini, maka alat-alat musik yang digunakan untuk mengiringi lirik nyanyian yang baik pada dasarnya dibolehkan.

Adapun alat musik yang diharamkan untuk mendengarkannya,
para ulama berbeda pendapat satu sama lain.
Satu hal yang disepakati ialah semua alat itu diharamkan jika melalaikan.

Ketiga: Cara Penampilan.

Harus dijaga cara penampilannya tetap terjaga dari hal-hal yang dilarang syara'
seperti pengeksposan cinta birahi, seks, pornografi dan ikhtilath.

Keempat: Akibat yang Ditimbulkan.

Walaupun sesuatu itu mubah, namun bila diduga kuat mengakibatkan hal-hal yang diharamkan seperti melalaikan shalat,
munculnya ulah penonton yang tidak Islami sebagi respon langsung dan sejenisnya,
maka sesuatu tersebut menjadi terlarang pula. Sesuai dengan kaidah Saddu Adz dzaroi'(menutup pintu kemaksiatan) .

Kelima: Aspek Tasyabuh.

Perangkat khusus, cara penyajian dan model khusus yang telah menjadi ciri kelompok pemusik
tertentu yang jelas-jelas menyimpang dari garis Islam,
harus dihindari agar tidak terperangkap dalam tasyabbuh dengan suatu kaum yang tidak dibenarkan.
Rasulullah saw. bersabda:

Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk mereka? (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Keenam: Orang yang menyanyikan.

Haram bagi kaum muslimin yang sengaja mendengarkan nyanyian dari wanita yang bukan muhrimnya.

Sebagaimana firman Allah SWT.:
"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik"

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa para ulama menghalalkan bagi umat Islam
mendengarkan nyanyian yang baik-baik jika terbebas dari segala macam yang diharamkan sebagaimana disebutkan diatas.

semoga bermanfaat .. ;)

0 comments:

Posting Komentar

silahkan komentar dengan kata" yg sopan yaa sobb .. ;)

 
Bagikan